SANGATTA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Joni turut menghadiri kegiatan bimbingan teknis (bimtek) dan studi belajar budidaya kakao bagi kelompok tani (poktan) dan pegawai dinas perkebunan di Bali pada 12 hingga 16 November 2024.
Kata dia, hingga saat ini, Kutim terkenal dengan komoditas kelapa sawit, namun dibalik banyaknya komoditi sawit tersebut, ada potensi yang sangat besar di kalangan petani, yakni potensi budidaya coklat kakao yang ada di sejumlah kecamatan Kutim.
Salah satunya adalah Kecamatan Karangan, saat ini harga Kakao kering mencapai Rp100ribu per kilogram. Hal itu disampaikan Kabid Penyuluhan Perkebunan Disbun Kutim Adiyanto.
Menilik potensi itu, anggota DPRD Kutim, Joni mengakui Bali merupakan salah satu daerah penghasil biji kakao fermentasi terbaik dunia sejak 2017, hal itu yang mendasari adanya pelatihan bagi petani kakao yang ada di Kutim.
“Bali memang merupakan penghasil biji kakao fermentasi terbaik di dunia, bila kita belajar langsung pada sumbernya tentu akan menambah semangat para kelompok petani di Kutim,” tutur ia.
Ia memastikan agenda ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih di Kutim memang memiliki potensi kakao yang cukup besar. Sehingga perlu ilmu agar pengelolaannya kian matang.
“Kakao ini bisa tumbuh bersama sawit, untuk itu bagus jika bisa dipanen dan dikembangkan bersama,” tambah ia.
Sejauh ini di Kecamatan Karangan menjadi penghasilan kakao terbanyak yang ada di dua desa, yaitu Karangan Ilir dan Desa Mukti Lestari, yang berhasil memanen 90 ton dari 100 hektare luas lahan. Ia menyampaikan pelatihan ini sapat mendongkrak pengetahuan bagi para kelompok tani.
“Semoga ke depan pengelolaan kakao di Kutim bisa lebih maju,” harap Politisi PPP tersebut. (Adv)