Berawal dari Kegagalan, Kini Kuker Galeri Emak Enan Digandrungi

SANGATTA – Momen hari raya kerap dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, termasuk peluang usaha kue kering (kuker) yang menjadi kudapan saat Idul Fitri, Idul Adha mau pun Natal.

Hal itu benar-benar menjadi salah satu bisnis yang apik untuk digeluti, terutama di Kota Sangatta Kabupaten Kutai Timur (Kutim), yang notabenenya belum sebesar kota-kota maju lainnya.

Bisnis ini dilirik oleh Irmaniyati, perempuan kelahiran 24 Agustus 1994 itu. Sejak belasan tahun lalu, saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirinya mencoba menjajakan kuker di Sangatta, namun kala itu bukan hasil tangannya.

Read More

Dia menceritakan awal mula usahanya, dimana ia memang hobi berdagang secara daring (online) sejak sekolah. Pertengahan 2012, Irma (sapaan karibnya) dinyatakan lulus dari SMK Muhammadiyah 1 Sangatta, kala itu dirinya memutuskan untuk bekerja di PT YSB Area KPC. Bertahun ia bekerja, ia kembali memutuskan untuk mendaftar kuliah di STIE Nusantara pada 2014. Kemudian, 30 September 2016, ia dipinang oleh Irwan lelaki asal Banjarmasin, dan dikarunia dua putra, yakni Ryenan dan Keano.

Pertama kali dirinya berkecimpung dengan tepung, bermodal resep dari youtube. Tak seberuntung hasil dari channel pemandunya, ia mengalami kegagalan dari percobannya. Ia mengaku nekat menjajakan kue, kendati dirinya mengaku tak memiliki bakat. Hanya saja, kata dia, kegagalan itu merupakan pengalaman berharga dan menjadi bekalnya di masa kini.

“Pertama kali nyoba bikin kue modal Rp 400 ribu. Itu pun kue (lidah kucing) yang saya buat malah meleber jadi lurus seloyang. Modal segitu cuma jadi 2 toples, yang dijual dengan harga Rp 35 ribu per toples. Tapi karena sudah terlanjur ada yang pesan, akhirnya sempat kelimpungan mencari kue pengganti. Setelah itu saya kapok dan enggan membuat kue lagi sampai saya menikah,” jelas perempuan berhijab itu.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa saat itu untuk membuka youtube masih tegolong sulit, dimana jaringan kerap tak stabil, quota internet masih sulit dijangkau. Alternatif lain, akhirnya ia mengandalkan resep yang berseliweran di laman facebook.

“Kemudian, awal 2017 saya pertama kali membeli oven, lalu mencoba membuat kue lebaran untuk di rumah sendiri, saat itu ada
teman kantor yang mencoba dan memesan dalam jumlah banyak. Awalnya ragu, tapi teman saya tetap menyemangati, hingga orderan rekan kantor sampai 40 toples. Itulah orderan pertama yang cukup berhasil,” beber wanita yang hobi bertualang tersebut.

Berangkat dari 40 toples pertama itu, dirinya terus mengasah kemampuan membuat kuker yang cukup digandrungi di kalangan masyarakat. Untuk itu, ia membandrol Rp 60 ribu per toplesnya. Hingga kini, ia telah berhasil meraup omzet hingga belasan juta dari 18 jenis kuker yang ia pasarkan. Bahkan, sebagai upaya lain, Irma juga telah membuat “Galeri Emak Enan” sebagai akun berdagangnya. Di dalamnya, ia menambah menu jualan lain, seperti puding, kue ulangtahun, kue basah, hingga babygift.

“Sekarang, Alhamdulillah akses internet sangat mudah dijangkau. Berjualan via online juga mudah. Respons pelanggan cukup baik,” imbuhnya.

Dalam satu momen, dirinya pernah memproduksi kuker hingga 220 toples tanpa karyawan. Itu pun mesti ditambah dengan pesanan hampers, yang ia bandrol sekira Rp 70-150 ribu per paket. Dia menjamin, bahan yang digunakan termasuk bahan premium atau berkualitas baik. Hingga customer tidak akan dibuat kecewa.

“Alhamdulillah, saat ini saya sudah punya pelanggan tetap, terutama saat hari raya,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *