Di tengah rimbun pepohonan Desa Sangatta Selatan, Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur (Kutim), berdiri sebuah kawasan yang mulai mencuri perhatian, “Kebun Kelulut”, rumah bagi lebah tanpa sengat yang sarat potensi sebagai pusat edukasi, agrowisata, hingga pemberdayaan masyarakat. Tahun ini, kebun tersebut mendapat warna baru berkat kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bina Desa Universitas Mulawarman Samarinda.
Selama 50 hari penuh, mahasiswa dari Kelompok 8 dan Kelompok Trigona hidup berdampingan dengan warga. Di bawah bimbingan Rahmahtriananda Faradilla, S.T., M.T., mereka tidak hanya menjalankan program kerja, tetapi juga merajut cerita kebersamaan yang meninggalkan kesan mendalam.
Inovasi Teknologi: Dari IoT hingga Biopori
Salah satu terobosan yang lahir adalah BeeHive and BeeGuard IoT, sistem pintar untuk memantau sarang lebah kelulut secara real-time. Awalnya, teknologi ini dirancang untuk pemantauan jarak jauh melalui website. Namun, serangan beruang di area kebun membuat mahasiswa menambahkan fitur alarm keamanan. Hasilnya, sarang lebih terlindungi, dan pengelola lebih mudah menjaga kelestarian lebah.
Selain itu, sejumlah proyek individu turut memperkaya kebun. Ada peta agrowisata karya Destia Amandha, teknologi lubang biopori berbahan pipa dari Andrew Christianto, hingga sudut edukasi lebah yang dipenuhi poster informatif. Tak ketinggalan, peta penitikan biopori oleh Nauval Rafiq dan Destia menjadi langkah kecil untuk konservasi air.
UMKM Lebih Berdaya, Promosi Lebih Mudah
Kegiatan KKN tak hanya berhenti di kebun. Mahasiswa juga membantu UMKM madu kelulut agar lebih siap bersaing. Stephanie Elfriede Ginting menyusun katalog produk dan Taplink digital, sementara Ardhifa Firdaus mendesain ulang label kemasan dan menambahkan QR Code berisi informasi produk. Langkah sederhana yang membuat promosi semakin modern.
Edukasi untuk Warga dan Generasi Muda
Di luar inovasi teknologi, mahasiswa aktif turun ke masyarakat. Ada pelatihan desain grafis dengan Canva untuk siswa SMP, sosialisasi pilah sampah di SDN 004 Sangatta Selatan, hingga pelatihan pembuatan sabun antibakteri berbahan madu kelulut dan minyak jelantah.
Tak hanya itu, Novi Angelina Sundah memperkenalkan edukasi mitigasi bencana banjir dan longsor, lengkap dengan booklet dan peta rawan bencana. Sementara Dwi Reza Ariyadi memberi wawasan baru lewat materi cerdas mengenali konten palsu berbasis AI—tema yang sangat relevan dengan era digital saat ini.
Kebersamaan yang Tak Terlupakan
Di balik ragam program kerja, ada cerita-cerita kecil yang tak kalah bermakna. Dari bersih-bersih kebun, hingga berkemah di Kebun Kelulut, setiap momen menjadi perekat antara mahasiswa dan masyarakat, tidak sekadar bekerja, tetapi juga belajar, berbagi, dan menjadikan desa sebagai rumah kedua.
Suara dari Kebun
“Kami sangat senang dengan kehadiran mahasiswa KKN di Kebun Kelulut. Program-program seperti IoT Beehive and Beeguard, sudut edukasi, hingga peta agrowisata sangat bermanfaat bagi pengelolaan kebun. Sosialisasi dan pelatihan juga memberi dampak positif, baik untuk kebun maupun masyarakat sekitar. Semoga ilmu dan pengalaman ini berkelanjutan,” ujar Triyono, Ketua Kelompok Trigona.
Lebih dari Sekadar KKN
Bagi mahasiswa Universitas Mulawarman, program ini bukan hanya soal memenuhi kewajiban akademik. Ia adalah perjalanan penuh makna: berinovasi, berkontribusi, sekaligus belajar dari masyarakat. Sehingga dapat membuktikan bahwa teknologi, edukasi dan kepedulian bisa berjalan beriringan.