Aceh – Desember lalu, Museum Tsunami Aceh menjadi saksi bisu megahnya sebuah perayaan seni dan budaya bertajuk “Culture Heritage”. Pameran seni rupa internasional ini menghadirkan seniman-seniman berbakat dari 11 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea, Prancis, dan lainnya, dalam rangka memperingati tragedi Tsunami Aceh tahun 2024.
Di tengah gemerlapnya karya seni dari berbagai penjuru dunia, dua nama dari Kutai Timur berhasil mencuri perhatian dan karyanya terpajang gagah. Mereka adalah Agung Suroso, S.Sn dan Agustin Panca Wardany, yang membuktikan bahwa warisan budaya lokal dapat bersinar di kancah global.
Akar Budaya nan Abadi dari Agung Suroso
Agung Suroso, yang sudah tidak asing lagi dengan panggung internasional, ini adalah pengalaman kelimanya kembali menorehkan prestasi. Lukisan akriliknya di atas kanvas, berjudul “Akar Budaya”, memancarkan kekuatan dan makna mendalam. Karya ini tak hanya indah secara visual, tetapi juga membawa pesan kuat tentang pentingnya melestarikan nilai sakral budaya Indonesia.
Melalui sapuan kuasnya, Agung seolah mengajak kita merenung, mengingatkan kembali pidato Bung Karno yang berbunyi, “Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawanya serta yang menjunjung tinggi Budayanya.” Lukisan ini bukan sekadar goresan warna, melainkan seruan untuk selalu menjaga kehormatan warisan leluhur.
Kuda Lumping: Semangat Pahlawan dari Agustin Panca
Tak kalah memukau, seniman muda Agustin Panca Wardany turut unjuk gigi dengan karyanya yang berjudul “Kuda Lumping”. Mahasiswi ISBI sekaligus anggota aktif Forum Muda Berbudaya (FMB Kutai Timur) ini menyalurkan kenangan masa kecilnya bermain kuda lumping ke dalam sebuah karya seni.
Dalam deskripsinya, Agustin menggambarkan bagaimana permainan sederhana itu bisa membangkitkan semangat pahlawan yang gagah perkasa. Karyanya yang penuh narasi personal ini rupanya menarik perhatian kurator, dan berhasil lolos seleksi ketat untuk dipamerkan bersama karya-karya terbaik dari 11 negara.
Keberhasilan dua seniman ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga membawa nama baik Kutai Timur di mata dunia. Karya mereka adalah bukti nyata bahwa warisan budaya lokal, jika dipeluk dengan cinta dan dituangkan dalam kreativitas, dapat menjadi harta tak ternilai yang mampu menyentuh hati banyak orang di seluruh penjuru dunia.