Lewati Jalan Berlumpur, Perjuangan Dokter ke Puskesmas Ranpul

BERULANG kali berhenti, sekadar hanya untuk membersihkan roda kendaraan yang dipenuhi lumpur. Sebab, roda 2 kendaraan yang dikendarai Lisa Maria bersama rekan sejawatnya, yang juga berprofesi dokter umum, kerap kali terhenti di jalanan rusak.

Bukan rahasia lagi, jalanan yang biasa ditempuh dokter gigi itu, tergolong cukup ekstrem, dan kerap kali membuat banyak kendaraan celaka, sehingga lumpur yang menempel di ban harus sering-sering dibersihkan.

Untuk mencapai Puskesmas yang berada di Kecamatan Rantau Pulung, memerlukan perjuangan cukup panjang. Normatifnya, jalanan itu dapat ditempuh hanya dengan 1 jam dari kota Sangatta, namun karena kondisi yang kian parah, malah bisa molor menjadi kurang lebih 2 jam, atau dua kali lipat kala musim penghujan tiba, dikarenakan kerusakan cukup parah.

Read More

Sedikit-banyaknya, Lisa melewati beberapa bukit dengan jalanan tanah. Bahkan, ia kerap kali terpleset hingga terjatuh dengan sepeda motornya.

“Saya pernah dua kali jatuh, malah yang terakhir, dua kali berturut-turut saya terpeleset, pada saat perjalanan kesana. Hari itu jalanan licin dan berlumpur. Saya juga pernah pakai mobil, eh malah mobilnya kandas dan rusak. Bemper penyok karena kena lubang,” jelas ibu empat anak ini.

Ia menjelaskan, sebelum ditugaskan di kecamatan yang cukup jauh untuk ditempuh hampir setiap hari itu, dirinya bertugas sejak pertama kali pindah dari Bandung ke Sangatta, mengikutu suami selama tujuh tahun di RS Meloy, kemudian dilanjut pada 2018 perempuan berambut panjang itu pun kembali diterima bekerja sebagai Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D) di Klinik Korpri Sangatta selama empat tahun. Namun, tak berselang lama, dirinya harus pasrah ketika Klinik Korpri hendak dibubarkan dan mereka harus siap ditempatkan di puskesmas terpencil demi memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dokter gigi yang notabenenya masih terhitung sedikit.

“Karena nota dinas saya ditempatkan oleh Dinkes di Puskesmas Rantau Pulung, mau tidak mau saya terima karena saya harus berusaha dahulu, minimal saya coba sebelum menolak, sekuat mana saya bisa bertahan,” tambah Alumnus Universitas Negeri Padjajaran (UNPAD) Bandung itu.

Wanita kelahiran Medan, 28 Oktober 1984 silam itu, menjelaskan, jika hujan menjadi momok yang menakutkan saat berjuang menunaikan pelayanannya. Pelayanan dengan peralatan gigi yang seadanya pada masyarakat di pedalaman Kutai Timur.

“Kendalanya kalau hujan, jadinya licin dan banjir itu bikin kita jadi takut, kadang sering kehujanan di jalan saat perjalanan pulang atau pergi. Suami juga sudah sering kali menyuruh saya melepaskan TK2D ini, karena melihat risiko perjalanan yang selalu rusak dan sering longsor. Tetapi saya merasa sayang karena sudah hampir lima tahun menjalaninya. Biasanya saya bolak-balik pakai motor bersama dr Reina yang sudah terlebih dulu menjalaninya bertahun-tahun, sebelum saya ditempatkan disana. Ia dokter umum PNS di Puskemas yang sama,” terang ia.

Perjuangan ini juga, lanjutnya, merupakan langkah dan sebagai syarat untuk mengikuti Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), sehingga akhirnya, istri Donny Nababan itu mantan karyawan perusahaan tambang di Kecamatan Bengalon dan sekarang sudah berdinas di perusahaan swasta Kalsel, saya harus rela menjalani hubungan beda kota (MLDR), sembari mendampingi semua kegiatan anak dan keluarga sekaligus nyambi bekerja.

“Saya jalani dengan ikhlas, tidak terasa sudah delapan bulan saya bekerja di Puskesmas Rantau Pulung walau pun saya tidak selalu bisa masuk ke puskesmas dikarenakan keadaan cuaca yang sering hujan dan kondisi anak-anak yang awalnya masih sulit ditinggalkan,” bebernya.

Hakikatnya, perempuan memang makhluk kuat. Bahkan setelah berjuang menempuh perjalanan jauh nan rusak, dokter ini tidak lantas pulang untuk berleha-leha. Bahkan, setelah bercengkrama bersama keluarga di rumah, ia langsung melayani pasien-pasiennya di ruko praktik mandiri.

“Selanjutnya, untuk jadwal sore, saya kembali melayani pasien di praktik mandiri, khusus perawatan gigi bersama tiga teman sejawat di praktik dokter gigi Genzia Dental Care Sangatta,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *