SANGATTA – Upaya menghadirkan penerangan bagi desa-desa terpencil di Kutai Timur (Kutim) kembali mendapat dorongan kuat. Pemerintah Kabupaten Kutim bersama PLN terus mempercepat pembangunan jaringan listrik di 13 desa yang tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Batu Ampar, Bengalon, Muara Bengkal dan Sangkulirang.
Meski pun medan yang ditempuh cukup sulit dan proses perizinan menjadi tantangan tersendiri, namun komitmen untuk menerangi kawasan pelosok tetap tak surut.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Setkab Kutim, Arif Nur Wahyuni mengatakan pembangunan jaringan listrik di sejumlah desa tetap berjalan sesuai tahapan. Ia meminta dukungan pemerintah desa dan masyarakat agar hambatan teknis yang muncul dapat segera diselesaikan.
“Kami mengimbau kepada semua pihak di tingkat desa untuk terus mendukung dan membantu penyelesaian kendala yang ada, sehingga pemasangan listrik dapat segera terealisasi,” jelas ia pada Senin (3/11).
Proyek elektrifikasi ini menyentuh 13 desa. Di Kecamatan Batu Ampar, pekerjaan berlangsung di Desa Beno Harapan, Mawai Indah dan Mugi Rahayu. Di Kecamatan Bengalon, pembangunan dilakukan di Desa Persiapan Tepian Madani (Tepian Baru) dan Desa Persiapan Tepian Raya (Tepian Indah). Di Muara Bengkal, jaringan disiapkan untuk Desa Mulupan dan Senambah. Sementara di Sangkulirang, enam desa menjadi sasaran, yaitu Mandu Dalam, Mandu Pantai Sejahtera, Pelawan, Peridan, Saka dan juga Tepian Terap.
Namun sejumlah kendala lapangan turut menghambat. Agus Rudianto, Pelaksana Harian Manager UP2K Kaltim sekaligus Team Leader Perencanaan Listrik Perdesaan, menyebut kondisi geografis dan infrastruktur menjadi tantangan utama.
Di Desa Senambah, beberapa ruas jalan perlu perbaikan agar material listrik bisa diangkut. Di Desa Mulupan, satu jembatan harus diperbaiki sebelum kendaraan proyek melintas. Sedangkan di Desa Pelawan, jembatan penyeberangan yang dibutuhkan masih dalam tahap pembangunan.
Selain faktor medan, kesiapan perizinan juga menentukan progres pekerjaan. Pengurusan izin melintasi kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Desa Beno Harapan dan Mawai Indah masih berproses. Sementara di Mandu Dalam, Mandu Pantai Sejahtera dan Peridan, pembangunan terhambat karena izin penebangan pohon sawit perusahaan belum tuntas.
“Untuk semua lokasi desa, kami berharap kerja sama dari pemerintah desa dalam melakukan sosialisasi kepada pemilik lahan yang berada di lokasi pembangunan jaringan listrik PLN. Perlu dicatat bahwa tidak ada ganti rugi terkait penebangan pohon,” kata Agus.
Kendati demikian, PLN tetap optimistis seluruh tahap pembangunan dapat diselesaikan bertahap melalui dukungan masyarakat dan koordinasi yang solid antarinstansi. Pemerintah daerah juga menaruh harapan besar agar proyek ini cepat rampung, mengingat listrik merupakan kebutuhan dasar yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi dan kualitas hidup warga.
Hadirnya listrik di desa-desa terpencil diyakini mampu menciptakan ruang tumbuh bagi aktivitas ekonomi baru, mulai dari usaha mikro, pelayanan pendidikan, hingga kegiatan rumah tangga yang membutuhkan pasokan energi stabil. Akses listrik yang memadai juga akan membuka peluang bagi desa untuk mengembangkan potensi lokalnya. (Adv)





