SANGATTA – Upaya menjaga kekayaan budaya lokal kembali diperkuat setelah Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman meresmikan Lamin Datun, salah satu bangunan adat tertua di wilayah Muara Ancalong, pada Selasa (4/11).
Peresmian ini menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali tradisi dan identitas masyarakat di tengah pesatnya perkembangan zaman.
Lamin Datun, yang telah berdiri lebih dari satu abad, selama ini dikenal sebagai pusat aktivitas sosial dan adat bagi masyarakat Kelinjau Ilir. Bangunan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat berkumpul, tetapi juga simbol persatuan dan ruang pelestarian nilai-nilai leluhur.
Setelah melalui proses renovasi yang dilakukan oleh warga dari berbagai desa seperti Long Tesak, Long Lees, Mekar Baru, Rantau Sentosa, Long Pejeng, dan Gemar Baru, Lamin Datun kini tampil lebih kokoh tanpa menghilangkan ciri khas ukiran tradisionalnya. Renovasi dilakukan secara gotong royong, mulai dari pengerjaan tiang, balok, hingga motif ukiran yang memuat pesan moral dan filosofi adat.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah menegaskan pentingnya menjaga bangunan adat sebagai identitas daerah. Ia berharap Lamin Datun tidak hanya difungsikan sebagai ruang acara adat, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran budaya bagi generasi muda.
“Bangunan ini harus terus dirawat sebagai ruang ekspresi budaya dan kebersamaan masyarakat,” ujarnya.
Dengan peresmian ini, Lamin Datun diharapkan mampu menggerakkan kembali potensi budaya dan pariwisata lokal. Selain sebagai tempat kegiatan masyarakat, bangunan adat tersebut dinilai dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat kearifan lokal Muara Ancalong.
Kehadiran Bupati Kutim pada momen tersebut menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pelestarian warisan budaya, sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam menjaga nilai-nilai yang telah diwariskan turun-temurun. Lamin Datun kini kembali menjadi rumah budaya yang siap menyambut berbagai kegiatan dan cerita baru dari masyarakat setempat.
Masyarakat yang hadir dalam peresmian terlihat antusias, terutama para sesepuh adat yang merasa bangga karena Lamin Datun kembali berdiri megah seperti masa kejayaannya. Mereka berharap bangunan ini dapat menjadi ruang untuk merajut kembali tradisi yang sempat memudar akibat perkembangan zaman.
Sejumlah pemuda desa juga menyampaikan keinginan mereka untuk memanfaatkan Lamin Datun sebagai pusat kegiatan kreatif berbasis budaya. Mereka berencana menggelar pelatihan seni ukir, latihan tari adat, hingga forum diskusi sejarah desa agar generasi muda tidak kehilangan identitas budaya.
Dari sisi ekonomi, warga setempat menilai renovasi Lamin Datun membuka peluang baru dalam sektor wisata budaya. Dengan penataan yang lebih rapi dan tampilan yang lebih representatif, Lamin Datun dapat menjadi salah satu destinasi unggulan di Muara Ancalong, terutama bagi wisatawan yang tertarik dengan budaya Dayak.
Pemerintah desa pun berkomitmen untuk merawat bangunan ini secara berkelanjutan. Mereka akan menyusun jadwal kegiatan rutin berbasis budaya serta membuat aturan pemanfaatan Lamin Datun agar tetap terjaga keasliannya. Dengan kerja sama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan tokoh adat, Lamin Datun diyakini akan terus berdiri sebagai penanda identitas dan kebanggaan masyarakat Muara Ancalong. (Adv)
